Vilma Espin: Perempuan
Revolusioner Kuba
Vilma Espin bernama lengkap VIlma Espin Guillois yang
terlahir pada tanggal 7 April 1930 di Santiago de Cuba. Ia lahir dari keluarga
pengacara, ayahnya adalah seorang pengara untuk keluarga Bacardi. Vilma
kemudian mengenyam pendidikan di Universidad Santiago de Oriente dan setelah
lulus memilih belajar di MIT, Boston, jurusan teknik kimia. Vilma menjadi salah
satu perempuan Kuba yang mengenyam pendidikan tinggi di jurusan Kimia. Selama
kuliah di MIT, ia banyak terlibat dalam aktivitas pengorganisiran dan pada
tahun 1956 ia meninggalkan kuliahnya di MIT setelah bertemu dengan Frank Pais
di Havana, salah seorang pimpinan revolusi yang melawan kudeta 1952 yang
akhirnya mengantarkan Batista kembali berkuasa. Frank Pais lah yang memberi pengaruh
besar bagi seorang Vilma Espin untuk juga terjun di dunia aktivis melawan
kediktatoran di Kuba.
Pertemuannya dengan Frank Pais mengantarkan Vilma
Espin sebagai pemimpin gerakan perjuangan di provinsi Oriente. Perannya
tidaklah kecil, Vilma bertugas membawa pesan antara gerakan dan Gerakan 26 Juli
yang dipimpin oleh Fidel Castro yang telah pindah ke Meksiko guna merancang
invasi di masa depan.
Selama satu tahun pula, Vilma Espin menjadi wakil Pais
di Santiago dan mengambil alih posisi Pais setelah Pais terbunuh oleh polisi
ketika terlibat dalam aksi massa di jalan. Dengan menggunakan nama bawah tanah
“Deborah”, Vilma Espin menjadi kunci gerakan bawah tanah yang berkomunikasi
dengan Fidel Castro. Tugasnya di bawah tanah ini adalah pekerjaan yang berbahaya.
Lebih berbahaya dari bergerilya karena resikonya yang besar. Vilma harus
mengatur dan memastikan pengiriman obat-obatan, uang dan senjata ke pegunungan
berjalan lancar dan aman. Ia juga bisa bertindak tegas pada orang yang
dicurigai sebagai informan atau mata-mata penguasa. Pada pertengahan tahun
1958, Santiago menjadi tempat yang tidak aman bagi Vilma, sehingga ia harus
pergi ke pengunungan dengan pasukan bersenjata yang dipimpin oleh Raul Castro.
Vilma kemudian membantu perjuangan di pegunungan
Sierra Maestra setelah gerakan 26 juli kembali ke Kuba dengan yacht Granma.
Tugas pembawa pesan diserahkan pada Vilma, karena ia menguasai bahasa Inggris
dan kadang menjadi interpreter ketika jurnalis Amerika datang ke pegunungan
untuk menulis tentang perjuangan gerilya Kuba Kemudian, Ia dan Raul Castro
menikah pada 1959. Pernikahannya dengan Raul Castro ini berlangsung 4 bulan
setelah Batista terguling dan Castro bersaudara menjadi penguasa. Meski
kemudian, ia akhirnya bercerai dengan Raul Castro namun mereka tetap muncul
bersama dan pemerintah Kuba tidak pernah menanyakan status pernikahan mereka.
Di acara pemakaman Vilma, tampak mata Raul Castro penuh dengan air mata.
Seorang teman menyebut Vilma sebagai seorang gadis yang sederhana, namun
kepribadiannya yang kuat membuatnya menjadi seorang pemimpin revolusioner.
Vilma Espin adalah figur revolusi. Fotonya dengan
membawa senapan ketika masih bergerilya di pengunungan menginspirasi banyak
perempuan. Hal ini merubah gambaran perempuan Kuba pada umumnya. Namun,
ia tetap Latar belakang pendidikannya membuat ia memiliki peran publik di
pemerintahan baru hasil revolusi. Pada tahun 1960, Vilma Espin mendirikan
Federasi Perempuan Kuba dan menjadi presiden organisasi ini hingga ia
meninggal. Organisasi ini diakui sebagai organisasi non pemerintah yang
memiliki anggota sebanyak tiga setenah juta perempuan. Vilma selama hidupnya
menjadi figur internasional dalam memperjuangkan hak – hak perempuan. Dalam
Konferensi Perempuan Internasional di Mexico City pada 1975, ia sempat
berbicara “Kami telah memenuhi segala hal tentang hak perempuan, yang
disampaikan di konferensi ini. Perempuan adalah bagian dari rakyat, dan tanpa
bicara tentang politik, anda tidak akan pernah merubah apapun”. Ann Louise
Bardach, seorang penulis yang mewawancarai Vilma pada awal tahun 1990an untuk
bukuinya “Rahasia Kuba”, menyatakan bahwa Vilma Espin adalah perempuan yang
menyadari bahwa dirinya adalah “First Lady Kuba”. Latar belakangnya,
pernikahannya dengan tokoh revolusi Kuba serta prestasinya menjadikan Vilma
sebagai “First lady Kuba”.
Pada tahun 1986, Espin menjadi perempuan pertama yang
terpilih sebagai anggota Polit Biro Partai Komunis Kuba, sebuah badan pengambil
keputusan tertinggi di Kuba. Meski posisi ini ia raih di akhir karirnya, dan
terkesan terlambat, namun posisi itu adalah buah dari kerja kerasnya semenjak
menjadi pimpinan perjuangan gerilya di tahun 1950an menggulingkan kediktatoran
Batista. Selain dikenal sebagai pejuang gerilya, Vilma Espin juga dikenal
sebagai seorang organisir dan diplomat. Vilma Espin adalah sosok diplomat yang
ideal bagi negaranya setelah Castro berkuasa pada tahun 1959. Selama lebih dari
4 dekade, Vilma Espin memegang peran sebagai ‘first lady Kuba” (ibu negara
Kuba) setelah Fidel bercerai.
Peran Vilma Espin sendiri dalam gerakan perempuan
terbilang besar. Ia meningkatkan derajat perempuan di dalam masyarakat dengan
mengupayakan kesetaraan antara lelaki dan perempuan. Ia menyuarakan agar ada
kebijakan kesehatan dan perawatan anak serta kebijakan pendidikan bagi
perempuan. Ia bahkan berhasil meloloskan Undang-Undang Keluarga Kuba di tahun
1975 yang menyatakan bahwa lelaki juga memiliki kewajiban yang sama dengan
perempuan di dalam keluarga seperti merawat anak. Namun demikian, masih
beberapa hal yang belum bisa dicapai oleh gerakan perempuan Kuba. Dalam
bukunya, Ann Fergusson menulis bahwa di Kuba untuk ukuran negeri dunia ke tiga
telah berhasil menerapkan sistem pendidikan gratis yang memberi akses bagi
perempuan untuk menjadi pekerja di bidang teknik dan menempati bidang
profesional, namun posisi pekerjaan tertinggi seperti manager, supervisor masih
banyak ditempati kaum lelaki meski secara hukum sudah dilabeli sebagai
pekerjaan feminin.
Pada tahun 2000, Vilma tampil sebagai juru
bicara ketika anak Kuba berusia 6 tahun, Elian Gonzales, kembali
kepada ayahnya di Kuba. Seperti yang diberitakan media, anak lelaki ini menjadi
fokus pemberitaan internasional terkait pertikaian kuba dan Amerika Serikat.
Pengaruh Vilma Espin semakin besar di negeri itu ketika Raul Castro diserahi
tugas kepresidenan pada bulan juli 2006. Tahun itu, Fidel Castro menyerahkan
kekuasaannya kepada Raul Castro setelah operasi ganda yang dijalaninya. Vilma
Espin dan Raul Castro dianugerahi 4 anak. Salah satunya adalah Mariela Castro
Espin, Kepala Pusat Nasional Kuba untuk Pendidikan Seks. Di tahun yang sama,
tahun 2000, ia berkesempatan mengunjungi Panama, dimana ia menghadiri
peretemuan menteri perempuan dalam mengadopsi dan menerapkan kebijakan terkait
perempuan. Pertemuan ini merupakan persiapan bagi Pertemuan Amerika – Ibero ke
5, yang diadakan pada tahun itu di Panama. Ia juga turut menghadiri hari ke dua
Pertemuan Dewan Umum PBB yang menganalisa hasil promosi hak perempuan antara
tahun 1995 sampai 2000. Pada acara itu ia menyampaikan dampak negatif dari
kebijakan neo liberal melalui IMF pada nasib perempuan. Dalam kesempatan itu ia
menyampaikan betapa pentingnya kemandirian ekonomi dan politik untuk
mempertahankan kedaulatan rakyat.
Di tahun 2001, ia juga sempat berkumjung ke Venezuela
dalam rangka menghadiri pertemuan Institut Perempuan Nasional Amerika Latin.
Institusi Venezuela mengundangnya sebagai pegiat hak perempuan, sebagai sosok
perempuan yang aktif memperjuangkan hak perempuan Amerika Latin. Di tahun yang
sama dewan Kuba memberinya gelar sebagai pahlawan perempuan Republik Kuba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar