Pantheon Romawi: Fakta dan Sejarah “Kuil Semua Dewa”
Pantheon
merupakan salah satu wujud prestasi arsitektur bangsa Romawi.
Selain
Pantheon, bangsa Romawi juga meninggalkan karya arsitektur lain seperti saluran
air (aqueduct) yang masih digunakan hingga sekarang.
Sejarah
Singkat Pantheon Romawi
Dalam
bahasa Latin dan Yunani, pantheon berarti “kuil semua dewa”.
Marcus
Vipsanius Agrippa, seorang diplomat dan jenderal, membangun Pantheon pada tahun
27 SM.
Pantheon
dibangun untuk memperingati kemenangan tentara Octavianus dalam Pertempuran
Actium yang berlangsung pada tanggal 2 September 31 SM.
Pertempuran
ini terjadi antara tentara Oktavianus melawan pasukan gabungan Mark Antony dan
Cleopatra.
Pantheon
yang dibangun oleh Agrippa hancur pada tahun 80 M akibat kebakaran besar.
Pantheon
yang masih bertahan hingga kini merupakan struktur yang dibangun kembali pada
tahun 125 M oleh Kaisar Hadrian.
Arsitek
Hadrian mengikuti desain Pantheon persis seperti prasasti yang ditinggalkan
oleh Marcus Vipsanius Agrippa.
Hadrian
memberikan kredit kepada Marcus Agrippa dengan ukiran “Dibuat oleh Marcus
Agrippa, anak Lucius, pada masa jabatan konsul ketiga” di pintu masuk Pantheon.
Sejarawan
menganggap Pantheon adalah tempat pemujaan karena merupakan tempat semua dewa
dan dewi Romawi kuno.
Fakta
tentang Pantheon
Bangunan
ini telah digunakan selama lebih dari 2000 tahun.
Pantheon
merupakan struktur melingkar yang dibuat dari batu bata. Fitur yang paling
menakjubkan dari monumen ini adalah adanya kubah besar yang terbuat dari beton.
Kebudayaan
Yunani sangat mempengaruhi seni dan arsitektur Romawi. Kubah hemispherical
Pantheon menunjukkan pengaruh arsitektur Yunani dan juga ide Greco-Roman
mengenai “Cosmos”.
Terdapat
celah di tengah kubah yang dikenal sebagai “mata besar” yang membuka ke langit.
Kubah ini memiliki rancangan rumit dan dihiasi dekorasi perunggu dengan berat
sekitar 4.535 ton.
Para
sejarawan percaya bahwa “mata besar” melambangkan bahwa kerajaan langit menjaga
seluruh Kekaisaran Romawi.
“Mata
besar” juga digunakan sebagai lubang ventilasi sekaligus tempat masuknya cahaya
matahari.
Saat
turun salju atau hujan, terdapat saluran air yang membantu mengalirkan air yang
masuk melalui “mata besar”.
Phocas,
Kaisar Bizantium, mempersembahkan Pantheon kepada Paus Bonifasius IV untuk
menyelamatkannya dari kehancuran dan penjarahan.
Pada
tahun 609 Masehi, Pantheon diubah menjadi “Chiesa di Santa Maria ad Martyres”,
sebuah gereja Katolik.
Antara
tahun 1691-1765M, Giovanni Paolo Panini membangun kembali interior Pantheon.
Selama
pemerintahan Kepausan, Pantheon digunakan sebagai tempat pemakaman untuk raja
dan orang-orang terkenal lainnya termasuk pelukis yang telah memeluk agama
Kristen.
Pantheon
menjadi makam banyak orang terkenal seperti makam Raphael, pelukis (meninggal
tahun 1520); Raja Victor Emmanuel II (meninggal tahun 1878); Raja Umberto I
(meninggal tahun 1900); Raja Victor Emmanuel III (meninggal tahun 1947), dan
masih banyak lagi.
Beberapa
bangunan modern yang dibangun mengambil inspirasi dari Pantheon diantaranya
adalah The Rotunda – University of Virginia, Low Memorial Library – Columbia
University, Grand Auditorium – Universitas Tsinghua, Jefferson Memorial –
Washington DC, dan Duomo – Florence.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar