Petra
Petra (dari πέτρα petra,
"batu" dalam bahasa Yunani; bahasa Arab: البتراء, al-Bitrā) adalah
sebuah situs arkeologikal di Ma'an,Yordania. Tempat ini terkenal dengan
bangunan arsitektur yang dipahat pada bebatuan serta sistem pengairannya.
Diperkirakan dibangun pada awal tahun 312 sebelum
masehi, sebagai ibu kota dari Nabath, yang
sekarang menjadi simbol dari Yordania, dan juga menjadi tempat
kunjungan favorit para turis. Tempat ini
terletak pada yang terletak di dataran rendah di antara gunung-gunung Gunung Hor yang
membentuk sayap timur Wadi Araba, lembah besar yang berawal dari Laut Matisampai Teluk Aqaba.
Situs ini tidak pernah diketemukan oleh dunia barat
hingga 1812, ketika
pengelana dari Swiss, Johann
Ludwig Burckhardtmenemukannya untuk pertama kalinya. Situs ini
digambarkan seperti "sebuah kota mawar merah yang antik" dalam salah
satu puisi yang menang dalam lomba Newdigate Prize, karya dari John William
Burgon. Sedangkan UNESCO menyatakannya
sebagai "salah satu peninggalan kultural yang paling penting dalam
peradaban manusia" dan masuk sebagai Situs
Warisan Dunia UNESCO sejak 6 Desember 1985. Petra
dipilih oleh majalah "Smithsonian" sebagai
salah satu dari "28 tempat yang harus dikunjungi sebelum meninggal
dunia".
Geografi
Petra
terletak ditengah-tengah antara Teluk Aqaba dan Laut Mati pada
ketinggian kurang lebih 800 hingga 1.396 meter diatas permukaan laut, di sebuah
lembah dari sebuah pegunungan Edom, sebelah timur dari
lembah Arabah. Saat ini ia terletak kurang lebih 200 km arahselatan dari
ibu kota Yordania, Amman yang
dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dengan berkendaraan mobil.
Lokasi
dari Petra, tersembunyi di antara bebatuan dan tebing bertingkat dengan pasokan
air yang sangat baik, menjadikannya tempat ideal untuk sebuah kota mandiri.
Tempat tersebut hanya bisa dikunjungi melalui celah sempit di pegunungan dari
arah barat daya atautimur melalui
sebuah canyon dengan panjang kurang lebih 1,5 kilometer dan kedalaman 200
meter, yang disebut dengan Siq, sebagai akses utama, yang merupakan celah sangat sempit,
dengan lebar hanya 2 meter.
Plinius yang Tua dan para penulis lainnya,
menyatakan bahwa Petra adalah ibu kota dari Nabath, dan pusat dari perdagangan dengan mempergunakan
karavan. Terdiri dari dinding batu dengan sistem pengairan yang baik, Petra
tidak hanya memiliki banyak keuntungan sebagai benteng, tetapi ia juga
mengontrol rute perdagangan utama yang melewati Gaza di Barat, ke Bushra dan Damaskus di Utara, keAqaba di Laut Merah, dan sepanjang gurun hingga ke Teluk Persia.
Kota di Dinding Batu
Salah
satu dari 7 keajaiban dunia yang baru adalah Petra. Penetapan tujuh keajaiban
dunia itu merupakan pilihan dari 100 juta orang di seluruh dunia lewat situs internet dan
pesan singkat (SMS) telepon seluler, yang diadakan oleh Swiss Foundation,
serta diumumkan diLisbon, Portugal, pada 07-07-07 alias 7 Juli 2007.
Petra
adalah kota yang didirikan dengan memahat dinding-dinding batu di Yordania.
Petra berasal dari bahasa Yunani yang
berarti 'batu'. Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan.
Kata
ini merujuk pada bangunan kotanya yang terbuat dari batu-batu di Wadi Araba,
sebuah lembah bercadas di Yordania. Kota ini didirikan dengan
menggali dan mengukir cadas setinggi 40 meter.
Petra
merupakan ibu kota kerajaan Nabatean. Didirikan sembilan tahun sebelum Masehi sampai
dengan tahun ke-40 M olehRaja Aretas IV sebagai kota yang sulit
untuk ditembus musuh dan aman dari bencana alam seperti badai pasir.
Suku
Nabatean membangun Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit.
Terdapat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota,
sehingga mencegah banjir mendadak. Mereka juga memiliki teknologi hidraulik untuk
mengangkat air.
Terdapat
juga sebuah teater yang
mampu menampung 4.000 orang. Kini, Istana Makam
Hellenistis yang memiliki tinggi 42 meter masih berdiri impresif di sana.
Kotanya Suku Nabatean
Petra
yang bisa ditempuh sekitar 3-5 jam perjalanan darat dari kota Amman, Yordania, dulu adalah ibu kota suku Nabatean, salah satu rumpun bangsa Arab yang
hidup sebelum masuknya bangsa Romawi.
Sebenarnya, asal usul suku
Nabatean tak diketahui pasti. Mereka dikenal sebagai suku pengembara yang
berkelana ke berbagai penjuru dengan kawanan unta dan domba.
Warga Petra awal adalah penyembah berhala. Dewa utama mereka adalah Dushara
(Dzu as-Shara/Dusares), yang disembah dalam bentuk batu berwarna hitam dan
berbentuk tak beraturan. Dushara disembah berdampingan dengan Allat,dewi Bangsa
Arab kuno.
Mereka sangat mahir dalam membuat
tangki air bawah tanah untuk mengumpulkan air bersih yang bisa digunakan saat
mereka bepergian jauh. Sehingga, di mana pun mereka berada, mereka bisa membuat
galian untuk saluran air guna memenuhi kebutuhan mereka akan air bersih.
Di akhir abad ke-4 Sebelum
Masehi, berkembangnya dunia perdagangan membuat suku Nabatean memberanikan diri
mulai ikut dalam perdaganan dunia. Rute perdagangan dunia mulai tumbuh subur di
bagian selatan Yordania dan selatan Laut Mati. Mereka lalu memanfaatkan posisi
tempat tinggal mereka yang strategis itu sebagai salah satu rute perdagangan
dunia.
Suku Nabatean akhirnya bisa
menjadi para saudagar yang sukses, dengan berdagang dupa, rempah-rempah, dan
gading yang antara lain berasal dari Arab bagian
selatan dan India timur.
Letak yang strategis untuk
mengembangkan usaha dan hidup, serta aman untuk melindungi diri dari orang
asing itulah alasan suku Nabatean memutuskan untuk menetap di wilayah batu
karang Petra.
Untuk mempertahankan kemakmuran
yang telah diraih, mereka memungut bea cukai dan pajak kepada para pedagang
setempat atau dari luar yang masuk ke sana. Suku Nabatean akhirnya berhasil
membuat kota internasional yang unik dan tak biasa.
Pada awalnya Petra dibangun untuk
tujuan pertahanan. Namun belakangan, kota ini dipadati puluhan ribu warga
sehingga berkembang menjadi kota perdagangan karena terletak di jalur
distribusi barang antara Eropa dan Timur Tengah.
Pada tahun 106 Masehi, Romawi
mencaplok Petra, sehingga peran jalur perdagangannya melemah. Sekitar tahun 700
M, sistem hidraulik dan beberapa bangunan utamanya hancur menjadi puing. Petra
pun perlahan menghilang dari peta bumisaat itu dan tinggal legenda.
Barulah pada tahun 1812,
petualang Swiss, Johann Burckhardt memasuki kota itu dengan menyamar sebagai
seorangmuslim. Legenda Petra pun meruak kembali
pada zaman modern, dikenang sebagai simbol teknik dan pertahanan.
Dikelilingi Gunung
Petra di Yordania, adalah situs
purbakala. Petra dikelilingi gunung. Di sini ada gunung setinggi 1.350 meter dari permukaan
laut. Inilah kawasan tertinggi di areal ini yang disebut Gunung Harun (Jabal
Harun) atau Gunung Hor atau El-Barra.
Gunung Harun paling sering
dikunjungi orang. Para pengunjung percaya, di puncak Jabal Harun inilah, Nabi Harun meninggal
dan dimakamkan oleh Nabi Musa.
Di abad ke-14 Masehi, sebuah
masjid dibangun di sini dengan kubah berwarna
putih yang terlihat dari berbagai area di sekitar Petra. Harun tiba di wilayah
Yordania sekarang ketika mendampingi Nabi Musa membawa umatnya keluar dari Mesir dari
kejaran Raja Fir'aun.
Di abad ke-1 Sebelum Masehi,
Kerajaan Nabataea yang kaya dan kuat, menjangkau wilayah Damaskus di
utara dan Laut Mati di selatan. Saat itu, Petra telah didiami sekitar 30 ribu
penduduk. Di masa itulah dibangun kuil agung.
Tahun 100-an Masehi, Romawi
pernah menguasai wilayah ini. Arsitektur di Petra pun terpengaruhi arsitektur
Romawi.
Pada 600 Masehi di Petra dibangun gereja. Abad ke-7 Masehi, Islam hadir,
dan pada abad ke-14, makam Nabi Harun di Jabal Harun menjadi tempat keramat
dari umat Islam, selain kaum Yahudi dan
Kristiani.
Saat berusia 10 tahun, Nabi Muhammad pernah berkunjung ke gunung ini
bersama pamannya.
Setelah Perang Salib di
abad ke-12, Petra sempat menjadi 'kota yang hilang' selama lebih dari 500 tahun
(lost city). Hanya penduduk lokal (suku Badui) di wilayah Arab yang
mengenalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar